Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Wafatnya Sunan Kudus di Tangan Dipati Wisesa

Kisah Wafatnya Sunan Kudus-Sunan Kudus atau yang mempunyai nama lain Sunan Janapati dalam sejarah disebutkan sebagai salah satu Anggota Wali Songo Kesultanan Demak. Pada saat Demak diperintah oleh Sunan Perwata (Sultan Demak IV), disebutkan bahwa Sunan Kudus ikut serta bahkan menjadi dalang pembunuhan Sunan Perwata bersama-sama dengan Arya Penangsang.

Keterlibatan Sunan Kudus dalam peristiwa pembunuhan Sultan Demak ke IV ini kelak membuahkan dendam. Pangeran Rajanegara, anak dari Sunan Perwata begitu dendamnya kepada Sunan Kudus yang ikut serta melakukan Pembunuhan terhadap ayahnya. Dendam inilah yang kemudian menyebabkan wafatnya Sunan Kudus.
Salah satu sumber cerita tentang  peristiwa wafatnya Sunan Kudus adalah Naskah Mertasinga, dalam Naskah ini, kisah wafatnya Sunan Kudus tertulis dalam Pupuh LIV.20-LV.17. Adapun  kisah lengkap mengenai kisah wafatnya Sunan Kudus dalam naskah tersebut adalah sebagai berikut:

Dikisahkan bahwa anak Sultan Demak IV yang bernama Pangeran Rajanegara, seumur hidupnya tak pernah berhenti mengharapkan kematian Wali Kudus, karena dia ingin membalas dendam atas pembunuhan ayahandanya.

Demikian kuat keinginanya, hingga kemudian dia meminta bantuan kepada Tanda Jupu untuk melakukannya. “He Tanda Jupu, engkau ini saudaraku, oleh karena itu bantulah aku..!, bilamana engkau bisa membunuh Sunan Kudus engkau akan ku beri kekuasaan, seperti halnya Arya Penangsang yang memperoleh kekuasaan di Demak, akulah yang akan bertanggung jawab atas tindakan makar ini, karena Sunan Kudus yang memulai semua ini. Dia telah menganiyaya ayahku”.

Mendengar permintaan itu, Tanda Jupu bimbang hatinya. Dalam hati kecilnya dia menolak untuk melawan kepada gurunya, akan tetapi kalau mengingat imbalan yang akan diterimanya yaitu uang sebanyak sepuluh ribu beserta janji untuk diberi kekuasaan, dia pun tertarik juga. Akhirnya Tanda Jupu menyatakan kesanggupannya.

Sunan Kudus sudah mengetahui diantara Punakawannya (Murid/Khodim) ada yang bermaksud jahat. Namun Sunan Kudus tidak sedih ataupun kecewa, dia sudah mengetahui bahwa ajal itu tak melihat apakah itu diambil punakawan atau lainnya, karena semua itu hakikatnya perbuatan Allah juga.

Ketika Sunan Kudus melakukan Shalat Subuh, Tanda Jupu menusuknya dengan keris dari belakang. Akan tetapi kerisnya itu tak mampu melukainya, malah patah menjadi dua.

Setelah selesai Shalat Subuh, berkata Sunan Kudus “Tanda Jupu, bila engkau akan membunuhku, ini terimalah kerisku. Tusukanlah pada Igaku, pasti aku kan mmati”.

Mendengar itu, Tanda Jupu segera menjatuhkan diri sambil menyembah-nyembah dan menangis dengan kerasnya, sambil sesekali menciumi kaki gurunya, Tanda Jupu meratap. “Silahkan tuanku, bunuh hamba, hamba telah menghianati paduka tuan, sekarang lebih baik mati saja”. Demikian kata Tanda Jupu

Berkata Sunan Kudus “Jangan begitu, selesaikanlah apa yang menjadi kesanggupanmu. Bukankah itu yanga menjadi keinginanmu, lagipula apa yang engkau inginkan itu sesuai dengan keinginan Allah, engkau hanya alat-Nya yang melaksanakan”.

Dengan menyembah Tanda Jupu berkata “Tidak paduka tuan, hamba tidak sanggup untuk melukai apabalagi sampai membunuh paduka tuan. Sudah terbayang oleh hamba siksa neraka seperti apa yang akan hamba hadapi, neraka bagi seorang murid yang telah murtad dari gurunya”.

Kemudian berkata lagi Sunan Kudus “Salah kata-katamu, bila kau berfikir seperti itu, kau telah membantah perintahku. Dengan tidak jadi membunuhku, sudah nyata nerakalah bagimu”.

Setelah mendengar itu semua, akhirnya Tanda Jupu menerima keris dari Sunan Kudus, dan kemudian melaksanakan perintah Sunan Kudus sesuai dengan apa yang dipesankanya, Sunan Kudus pun kemudian wafat. Sunan Kudus kemudian dimakamkan di pemakaman Surya Alam.

Setelah menyelesaikan tuganya Tanda Jupu kemudian meperoleh gelar beserta kekuasaan sebagai Dalem Dipati Wisesa di Kudus, dia diserahi tugas untuk mengurus agama, sedangkan yang berkuasa di Kudus adalah Pangeran Rajanegara.

Sementara itu, di Demak, Arya Penangsang (Sultan Demak V) marah besar, selepas mendengar gurunya dibunuh oleh persekongkolan Tanda Jupu dan Pangeran Rajanegara. Arya Penagsang kemudian berangkat ke Kudus untuk membunuh keduanya.

Baca Juga: Tapa Wudha Ratu Kalinyamat dan Terbunuhnya Arya Penangsang

Seperti halnya pembunuhan pada gurunya, Arya Penangsang menghendaki pembunuhan pada Tanda Jupu dan Pangeran Rajanegara pun harus dilakukan pada tengah malam, atau subuh.

Iring-Iringan Arya Jipang memasuki Kudus menggentarkan seisi Kota itu, Arya Penagsang berhasil mengobrak-abrik Kudus untuk kemudian membunuh Dipati Wisesa, akan tetapi Pangeran Rajanegara rupanya berhasil melarikan diri, ia lari ke Pajang ia meminta perlindungan kepada Sunan Pajang.

Begitulah kisah wafatnya Sunan Kudus yang dikisahkan dalam naskah Mertasinga, perlu dipahami bahwa yang memerintah Pajang kala itu adalah Jaka Tingkir, kelak Jangka Tingkir ini kemudian berhasil membunuh Arya Penagsang/Arya Jipang, dan menghapuskan Kesultanan Demak serta menggantikannya dengan Kesultanan Pajang.

Baca Juga:
[1]Sejarah Kesultanan Pajang, Masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhannya
[2]Kerajaan Demak, Masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhan

1 komentar untuk "Kisah Wafatnya Sunan Kudus di Tangan Dipati Wisesa"

  1. Cerita sejarah tentang sunan kudus ngawur semua carut marut...gak karuan.

    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.