Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Desa Tegalgubug Kecamatan Arjawinagun Kabupaten Cirebon

Sejarah Desa Tegalgubug - Tegalgubug adalah salah satu desa di Cirebon yang terkenal karena memiliki pasar sandang tradisional terbesar se Asia Tenggara, tidak sulit untuk menemukan desa ini sebab letaknya dijalan Nasional Pantura Jawa Barat. Secara administratif Tegalgubug berada dibawah pemerintahan Kecamatan Arjawinangun Cirebon.

Tegalgubug ditinjau dari namanya dipercayai berasal dari kata “Tegal” dan “Gubug” Tegal sendiri bermaksud “Tanah Cangkulan” sementara “Gubug” bermaksud rumah sederhana/ atau rumah yang dibuat ala kadarnya.

Dinamakan Tegalgubug karena mula-mula pendiri desa itu mencangkul tanah untuk keperluan pembuatan tempat hidup baru disertai dengan pembuatan gubug sebagai tempat istirahatnya, sebab itulah daerah itu kemudian dinamakan Tegalgubug.

Orang yang mula-mula mendirikan Tegalgubug menurut legenda masyarakat setempat adalah Syekh Muhyidin Abdurahman, ada juga yang menyebutnya Ki Surapati. Tokoh ini dipercayai sebagai tokoh yang berasal dari Timur Tengah.

Ki Surapati ini menurut legenda masyarakat setempat adalah salah satu Panglima tentara Kesultanan Cirebon yang turut serta dalam penaklukan Kerajaan Talaga, selepas penaklukan Ki Surapati kemudian pulang kembali ke Cirebon, namun ditengah-tengah perjalanan ia beristirahat dan membangun gubug di tempat itu. Karena pembuatan gubug di tempat itu dimulai dengan cara di tegal (di cangkul tanahnya), maka untuk kemudian tempat itu dinamakan Tegal Gubug.

Selain sumber cerita dari mulut ke mulut sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, sebenarnya Desa Tegalgubug ini juga kisahnya pernah terekam dalam beberapa Nakah Kesultanan Cirebon diantaranya Babad Cirebon dan Naskah Mertasinga.

Dalam Naskah Mertasinga dijelaskan bahwa dahulu pemimpin Tegalgubug itu adalah orang yang dijuluki dengan nama Ki Gede Tegalgubug. Ki Gede ini adalah murid dari Sunan Gunung Jati. Ki Gede Tegalgubug dijelaskan sebagai orang yang turut berkiprah dalam menaklukan Kerajan Sindangkasih.

Akan tetapi dalam perjalananya menaklukan Sindangkasih itu ia malah berkonflik dengan Ki Gede Susukan. Konflik diantara keduanya adalah soal hak rampasan perang.

Penaklukan Sindangkasih oleh Cirebon dipimpin oleh Ki Gede Susukan dan Ki Gede Tegalgubug, sehingga ketika Sindangkasih dapat ditaklukan rampasan perang sebenarnya menjadi hak keduanya, harus dibagi, akan tetapi yang terjadi antara Ki Gede Susukan dan Ki Gede Tegal Gubug ini tidak demikian, keduanya malah berebut dan mengangap diri masing-masing sebagai orang yang paling berjasa dalam menaklukan Sindangkasih.

Diantara rampasan perang dalam penaklukan Sindangkasih oleh Ki Gede Tegalgubug dan Ki Gede Susukan adalah dua orang wanita kakak beradik bernama Rara dan Riris, dua putri itu kemudian menjadi rebutan antara Ki Gede Tegalgubug dan Susukan. Sehingga duel antara Ki Gede Tegalgubug dan Susukan pun tidak dapat terelakan.

Konflik antara Ki Gede Tegalgubug dan Ki Gede Susukan dalam naskah itu ditutup dengan kisah sumpah serapah dari Ki Gede Susukan, ia menghimbau pada anak keturunannya agar jangan menikah dengan orang Tegalgubg apabila tidak ingin bernasib sial sebagaima dirinya.

Untuk dapat membaca kisah mengenai konflik Ki Gede Tegalgubug dan Ki Gede Susukan dalam peristiwa penaklukan Sindangkasih, silahkan anda baca dalam artikel kami yang berjudul “Pertarungan Ki Gede Tegalgubug Vs Ki Gede Susukan (Keruntuhan Kerajaan  Sindangkasih)”.

Baca Juga: Sejarah Desa Arjawinangun Kab Cirebon Jawa Barat

Posting Komentar untuk "Sejarah Desa Tegalgubug Kecamatan Arjawinagun Kabupaten Cirebon"