Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ken Arok Si Temon Dari Kediri

Ken Arok yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan Singasari ini pada mulanya bernama Temon, menurut Kajian Padmapuspita (Abimayu,2017:175), Temon sejak kecil dibuang oleh Ibunya Nyi Astia seorang Kembang desa dari wilayah Kerajaan Kediri, Arok sendiri merupakan anak dari seorang Resi Cabul yang berhasil menghamili ibunya melalui jalan hipnotis. Sebab itulah ibunya membuangnya.

Dinamakan Temon karena semenjak bayi Ken Arok ditemukan di pekarangan pekuburan oleh Ki Lembong, Temon sendiri dalam bahasa Jawa bermaksud anak temuan. Dalam pengusuhan Ki Lembong bayi yang kelak menjadi Raja Singasari pertama itu mendapatkan nama pertamanya “Temon”.

Kisah mengenai Ken Arok dapat ditemui dalam naskah Pararaton dan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para Peneliti.

Dalam Naskah Pararaton dijelaskan bahwa Ken Arok lahir dari seorang perempuan yang bernama Astia yang mempunyai nama julukan “ Ken Ndok” ia merupakan kembang dusun Pungkur yang kecantikannya sangat mempesona.

Ken Ndok dinikahi oleh Maharesi Agung Sri Yogiswara Girinata seorang Agamawan dari Dusun Girilaya, namun selama menikah dengan sang Resi, Ken Ndok rupanya tidak pernah disentuh hingga 10 tahun lamanya, sebab itulah Ken Ndok kemudian berpaling Cinta kepada seorang pemuda gagah yang suatu waktu menyelamatkannya dari kecelakaan ketika  ia berada di Hutan. Pemuda itu bernama Gajah Para.

Suatu waktu Ken Ndok ternyata hamil, tuduhan itu kemudian dialamatkan kepada Gajah Para mengingat suaminya sendiri Resi Agung Sri Yogiswara Girinata sama sekali tidak pernah menyentuhnya. Tuduhan yang dialamatkan kepada Gajah Para ini kemudian di ingkari pula oleh Gajah Para, mengingat ia sendiri juga belum pernah menyentuh Ken Ndok.

Menurut kajian Padmapuspita (2017:175) Ken Ndok sejatinya dihamili oleh Resi Cabul yang berhasil menghipnotisnya, Resi ini dikisahkan mampu menghipnotis Ken Ndok sehingga ia dibuat tak berdaya.

Selepas Gajah Para dan Resi Agung Sri Yogiswara Girinata tidak mengakui anak yang dikandung Ken Ndok, wanita itu rupanya merasa malu, ia pun kemudian lari dari Girilaya menuju perkampungan yang tak seorangpun mengenalinya. Dikampung itu ia mengaku bahwa anak dalam kandungannya adalah anak Dewa Brahma.
Ilustrasi Ken Arok Dalam Novel Arok-Deses Karya Pramoedya
Penduduk Kampung menganggap pengakuan Ken Ndok mengada-ngada, ia pun kemudian dianggap gila dan diusir dari kampung itu, dengan membawa janin yang semakin besar dalam kandungannya, Ken Ndok berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya, hingga ketika masa kelahiran anaknya tiba, ia bersandar di sebubah pekuburan, disitulah ia melahirkan bayinya.

Selepas melahirkan dalam pekuburan, Ken Ndok kemudian meninggalkan bayinya begitu saja, tidak terlampau lama selepas kepergian Ken Ndok, datanglah kemudian Ki Lembong yang kebetulan melewati Pekuburan itu, ia pun memungut anak itu, kemudian memberinya nama “Temon”.

Selama dalam pengasuhan Ki Lembong, Temon dikisahkan membuat bangkrut Ki Lembong, ayah angkatnya ini menjadi banyak hutang karena Temon suka berjudi dan terlibat tindak kejahatan, dari itulah kemudian Ki Lembong mengusir Temon.

Temon Muda itu kemudian meninggalkan Ki Lembong untuk berkelana. Pada saat perjalannya sampai di Kauman ia bertemu dengan Bango Samparan, seorang Bandar Judi terkenal dari daerah itu.

Penjelasan dalam bentuk vidio sudah tersedia sebagaimana dibawah ini;

Bango samparan waktu itu sebenarnya sedang mencari seorang laki-laki dengan ciri tanda cakra di telapak tangannya, sebab ketika ia bersemedi mecari kesaktian, ia dibisiki Wangsit bahwa “Hendaknya ia mencari seorang pemuda bernama Temon dengan ciri tanda cakra ditelapak tangannya, sebab pemuda itu kelak akan membuatnya menjadi kaya raya”

Selepas pertemuan Temon dengan Bango Samparan, Temon kemudian diasuh ole Bango Samparan, dan benar saja ketika ia mengasuh Temon, bisnis judinya menjadi maju dan lancar, ia selalu beruntung, dari itulah kemudian ia mengganti nama Temon dengan nama “Arok”.

Meskipun Ken Arok hidup enak dibawah asuhan Bango Samparan, karena dianggap sebagai anak pembawa keberuntungan, Ken Arok rupanya tidak merasa nyaman ditempat itu, sebab anak-anak dari Bango Samparan merasa cemburu kepadanya, sebab itulah Ken Arok Kemudian meninggalkan Bango Samparan dan memilih menjadi seorang pengelana.

Dalam pengelanaan selanjutnya, Sampilah Ken Arok di desa Kepundungan, ia berkenalan dengan seorang anak kepala desa Sagenggeng bernama Tita, oleh ayah Tita, Ken Arok diangkat menjadi anak, ia pun dipondokan beserta anaknya kepada seorang Bijak bernama Ki Tantripala. Di Pondok itu Ken Arok Kemudian berkenalan dengan Ken Umang, murid perempuan dari Ki Tantripala.

Tapi di Pondok itu, bukannya belajar ilmu pengetahuan, Ken Arok justru terlibat cinta buta dengan Ken Umang, keduanya kemudian diusir dari Padepokan, bersama Ken Umang dan Tita Ken Arok kemudian menjelma menjadi seorang Perampok yang beroprasi di hutan-hutan wilayah Tumapel.

Dalam masa-masa menjadi perampok ini Ken Arok dan Ken Umang Menjadi pasangan begal yang ditakuti di seluruh Kediri, bahkan saking murkanya Raja Kediri, ia memerintahkan Tunggul Ametung untuk meringkus komplotan begal Arok ini.

Tapi sebelum Ken Arok tertangkap oleh Kerajaan ia rupanya insaf, ia berhenti menjadi perampok, ia kemudian melamar menjadi Prajurit di Tumapel. Kelak dikemudian hari Ken  Arok membunuh Tunggul Ametung melalui konspirasi licik, ia pun kemudian menggantikan Tunggul Ametung menjadi penguasa di Tumapel.

Pada saat menjadi penguasa di Tumapel, Ken Arok kemudian melancarkan pemberontakan pada Kediri, ia kemudian berhasil menaklukan Kediri, Tumapel kemudian ia rubah kedudukannya menjadi pusat Kerajaan menggantikan Kediri, sementara kerajaan yang baru didirikannya itu kemudian ia beri nama Singasari. Begitulah kisah singkat mengenai Ken Arok yang dapat dijumpai dalam Naskah Pararaton.

Sedikit berbeda dengan apa yang tercatat dalam Pararaton, asal-usul orang tua Ken Arok dalam penelitian yang dilakukan Sukatman (2012) disebutkan sebagai putra sah pasangan Gajah Para dari desa Cempara (Sekarang Desa Bacem-Ledoyo-Blitar) dengan Ken Ndok Seorang Wanita dari Desa Pangkur (Sekarang Desa Jiwut-Nglegok-Blitar).

Selain itu Sukatman  juga menambahkan bahwa ayah Ken Arok meninggal ketika Ken Arok masih dalam Kandungan, selepas kematian ayahnya, ken Ndok dirampas oleh Raja Kediri, sementara sebelum itu Ken Ndok  membuang bayi Ken Arok dalam pekurburan.

Berbeda dengan versi Pararaton dan Sukatman,  dalam Buku Sejarah Nasional Jilid II justru disebutkan bahwa Ken Arok benar-benar putra Dewa Brahma dengan Wanita dari Desa Pangkur bernama Ken Ndok.

Begitulah sekelumit kisah mengenai Ken Arok, Si Temon dari Kediri tokoh kontroversial nenek moyang Raja-Raja Singsari dan Majapahit. Tokoh ini juga pernah dibuatkan filem layar lebarnya pada tahun 1983 dengan jdudul “Ken Arok-Ken Dedes” Tokoh Ken Arok dibantangi oleh George Rudy sementra tokoh Ken Dedes dibintangi oleh Eva Arnaz.

Baca Juga: Petaka Di Balik Kemaluan Kendedes Yang Bercahaya

5 komentar untuk "Ken Arok Si Temon Dari Kediri"

  1. Pendiri Majapahit, Rd. Wijaya benar turunan Ken Arok, tpi dri jalur ibu.. Klo ayahnya adalah Rakeyan Jayadarma putra mahkota Sunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Raden Wijaya bukannya berasal dari Bali , istri2 Rd Wijaya lah keturunan Ken Arok (anak Kertanegara, raja terakhir Singasari)

      Hapus
  2. Kisah sejarah yg bagus utk generasi berikutnya

    BalasHapus
  3. Bango Samparan dari Karuman bukan Kauman

    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.