Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Siak Sri Indrapura Riau

SEJARAH SIAK -Siak Sri Indrapura kini merupakan nama Kabupaten  di Provinsi Riau, kota ini terletak di bibir sungai Jantan (saat ini bagian dari Sungai Siak). Sungai Siak juga dikenal sebagai sungai terdalam dan terpanjang di negara ini, dengan panjang ± 300 kilometer.

Secara kedudukannya  Sungai Siak dan Sungai Jantan dahulu maupun kini adalah jalur keluar-masuk barang-barang komoditi dari para pedagang lokal maupun pedagang interlokal dan juga sebagai pintu gerbang perniagaan . Dari sungai itulah peradaban Siak muncul dan pada kemudiannya melahirkan sejarah kegemilanganya.

Sebelum disahkannya Siak Sri Indrapura menjadi Kabupaten pada tanggal 12 Oktober 1999 Siak beratus-ratus tahun sebelumnya sebagai sutu wilayah yang pernah melahirkan pemerintahan dan kerajaan, baik kerajaan yang bercorak Hindu-Budha maupun Islam.

Sejarah Siak Sebelum Islam

Pada masa Hindu-Budha, di Siak telah berdiri  Kerajaan Gasib , kerajan ini merupakan bawahan Kerajaan Sriwijaya.  Pusat kerajaan Gasib  berada di hulu Kuala Mandau. Meskipun demikian kabar mengenai adanya kerajaan ini masih terbilang misteri, karena keberadaanya bersumber dari potongan-potongan kisah yang tidak komperhensif.

Meskipun keberadaan Kerajaan Gasib sulit diungkap karena keterbatasan sumber, namun berdasarkan pernyataan dari beberapa tokoh lokal meyakini bahwa Kerajaan Gasib ini memang benar-benar pernah ada.

Kerajaan Gasib dikisahkan  memiliki Istana kerajaan berbentuk panggung dan ketinggiannya diperkirakan mencapai enam meter,  Kerajaan Gasib juga dikisahkan memiliki seorang puteri mahkota yang cantik jelita bernama Puteri Kaca Mayang.

Sementara pada masa pemerintahan Raja Begadai kerajaan ini juga dikisahkan memiliki panglima perang yang berawak gagah (besar), tinggi (panjang) dan pandai berperang yang bernama Panglima Jimban (Panglima Panjang), gelar yang diberikan kepadanya disusaikan dengan fisiknya (perawakan).

Panglima Panjang ini telah menerima tugas besar dari Raja Begadai untuk mempersiapkan serangan ke Aceh, serangan ini terpicu karena Raja Begadai ingin memulangkan Puteri Kaca Mayang yang telah dipaksa oleh Raja Aceh untuk dijadikan sebagai istrinya.

Kemudian Panglima Panjang lekas menuju Aceh dengan pasukannya, hingga terjadi bentrokan antar keduanya. Pertempuran ini sudah lama terjadi, berawal dari ekspansi Kesultanan Aceh di daerah kekuasaan Kerajaan Gasib yang akan melakukan Islamisasi.

Berhubung Kerajaan Gasib masih dipenuhi oleh paham Hindu-Budha pihak Kerajaan Gasib jelas berontak karena akan merusak semua tatanan masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Gasib.

Dalam perjalanan Puteri Kaca Mayang menghembuskan nafasnya dan dibawanya kabar kepada Raja Gasib, pada saat itu pula raja sangat terkejut akan wafatnya Puteri Mahkota kesayangannya itu hingga terjatuh sakit karena berlarut dalam kesedihan.

Setelah wafat puteri kesayangannya itu, Raja Gasib hijrah ke Gunung Ledang yang berada di Melaka. Untuk sementara tahta kerajaan dipinggul oleh panglima Jimban, meskipun sang panglima Jimban menguasai Kerajaan Gasib, karena kesetiaanya kepada raja sangat tinggi, maka dirinya tidak ingin menari dalam kesedihan yang dialami oleh rajanya itu.

Dalam cerita yang lain keruntuhan kerajaan Gasib ini dikarenakan pada tahun 1444-1477 M, Kesultanan Melaka yang dikendalikan oleh Sultan Mansyur Syah menaklukan Kerajaan Gasib.

Begitulah potongan-potongan kisah mengenai Kerajaan Gasib yang kisahnya melegenda di Siak. Tapi intinya bahwa di daerah Siak dahulu ada kerajaan bawahan yang sudah eksis dari jaman Sriwijaya, hinga kemudian kerajaan itu runtuh akibat invasi Kesultanan Makala.

Sejarah Siak Setelah Islam

Selepas Gasib dikuasai Kesultanan Malaka, sebenarnya Gasob dikisahkan masih berdiri, namun kali ini dengan Raja-Rajanya beralih kepada Islam, hal ini dikarenakan Gasib sudah menjadi wilayah Kesultanan Malaka. 

Dalam Hikayat Cina, mengisahkan mengenai invasi Kesultanan Melaka ke Gasib dikatakan ketika Gasib dirajai oleh Raja Begadai, pada masa menghadapi Invasi Malaka, dikisahkaan bahwa Raja Gasib sebenarnya  memohon bantuan kepada Kerajaan Majapahit, namun bantuan yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang  jua, mengingat waktu itu Kerajaan Majapahit sedang mengalami fase kemundurannya.

Cerita mengenai kerajaan Gasib yang populer dan melegenda itu kemudian terputus, tak ada kabar lagi, Siak selepas ini seperti sepi peradaban. Siak baru menggeliat lagi pada bad ke 18, sebab di daerah ini pada waktu itu berdiri Kesultanan Siak, didirikan oleh seorang Pangeran dar Kesultanan Johor.

Kesultanan Siak  Sri Indrapura berdiri pada tahun 1723 M. Adapun letaknya di bibir Sungai Jantan yang berada di Kampung Gasib yang dahulu disebut sebagai pusat Kerajaan Gasib.

Menurut kisahnya, pendiri Kesultanan Siak Sri Indrapura  Adalah seorang putera mahkota Kesultanan Johor-Riau bernama Sultan Mahmud Syah II (1685-1699 M), yang bernama Raja Kecik.

Pada saat Raja Kecik masih dalam kandungan ibunya, ayahnya sudah terbunuh. Sebagai pengganti dari Sultan Mahmud Syah II adalah Datuk Bendahara Tun Habib dengan gelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah sebagai Sultan Johor yang ke XI.

Setelah menjadi Sultan Johor dan berkuasa, maka Sultan Abdul Jalil Riayat Syah melakukan pembersihan bagi seluruh pengikut setia kepada Sultan Mahmud Syah II, diantaranya istri dari Sultan Mahmud Syah yaitu Cik Pong.
Ilustrasi
Keadaan di Istana memanas setelah wafatnya Sultan Mahmud Syah maka Datuk Laksemana Johor membawa anaknya Cik Pong untuk beranjak keluar dari Istana dan keluar dari Johor dan tidak ada seorangpun yang mengetahui.

Selama hijrahnya Cik Pong dari negeri Johor dalam pelariannya melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Raja Kecik, karena anak ini merupakan keturanan dari Sultan Mahmud Syah II.

Kelanjutan dari perjalanan Raja Kecik, kemudian Datuk Laksemana Johor menyerahkan Raja Kecik kepada Temenggung Muar agar dirawat, selama tujuh tahun lamanya Temenggung Muar merawat Raja Kecik, hingga tercium oleh pemerintahan Johor dan tidak nyaman karena orang-orang utusan Datuk Bendahara senantiasa mencari keberadaannya.

Kemudian Temenggung Muar, menyerahkan Raja Kecik kepada seorang saudagar Minangkabau yang terkenal aktifitas niaganya dengan Kerajaan Minangkabau dan Jambi bernama Nakhoda Malim.

Nakhoda Halim meyerahkan Raja Kecik kepada Yamtuan Sakti Pagaruyung dan dirawat serta diasuh hingga Raja Kecik berusia tujuh belas tahun. Pada akhirnya Raja Kecik tumbuh dewasa dan sangat ingin merebut kembali tahta Kesultanan Johor.

Selanjutnya Raja Kecik memulai perjalanan panjangnya dari satu negeri ke negeri lainnya untuk menuntut ilmu pengetahuan.

Puteri Jamilan ibunda Yamtuan Sakti mengatakan kepada Raja Kecik bahwa "lebih baik pergi ke Siak dan Bengkalis untuk menuntut bela atas kematian ayahmu dan menaklukan Johor".

Untuk melaksanakan cita-citanya, Raja Kecik mulai menghimpun dan mencari beberapa dukungan dari Suku Minangkabau, Suku Melayu di Palembang, Suku Melayu Jambi, Suku Bintan, Suku Bugis, Suku Melayu di pesisir Selat Melaka dan Suku Laut di Pulau-pulau serta menjalin hubungan dengan orang Portugis agar pihak Portugis tidak berpihak kemana-mana, dan ketika Raja Kecik ingin menyerang ke Panchor,saat itu sebagai ibukota dari Kesultanan Johor.

Pada bulan maret yang bertepatan pada tahun 1718 M, perahu-perahu angkatan perang Raja Kecik menyusuri sungai Johor untuk menyerang Panchor. Sesampainya di Johor pasukan Raja Kecik sudah menunggu dan segera mengejar rombonganYamtuan Muda Johor.

Peristiwa pengejaran ini berlangsung selama kurang lebih 20 hari pada akhirnya tepat pada tanggal 21 Maret Tahun 1718 M, akhirnya Sultan Abdul Jalil Riayat Syah kalah dan menyerah.

Raja Kecik dengan ikhlas memaafkan dan tidak ada sikap kasar sama sekali kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah, bahkan Raja Kecik memberikan izin kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah untuk tinggal di Johor.

Kemudian dalam waktu itu pula Raja Kecik dinobatkan sebagai Sultan Johor XII dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.

Pada tahun 1719 M, terjadi peperangan antar rakyat Johor yang memihak kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah dengan pihak Raja Kecik yang mayoritas dari orang-orang Minangkabau.

Dalam peperangan tersebut pihak Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV mengalami kekalahan dan beliau pindah ke Pahang kemudian Raja Kecik juga berpindah ke Riau. Sejak itulah Raja Kecik mulai menjalankan pemerintahan Kesultanan Johor yang baru saja direbutnya.

Kesultanan Johor terpecah menjadi tiga pusat kekuasaan yaitu, Terengganu dan Pahang sebagai daerah dibawah pemerintahan Bendahara Abdul Jalil (Sultan Abdul Jalil Riayat Syah).

Sedangkan Johor, Siak, Bengkalis, dan Batu Bara di bawah pemerintahan Raja Kecik. Selain itu juga terdapat wilayah yang dikuasai orang Bugis yaitu, Selanggor, Kelang dan Lingga di bawah pemerintahan Daeng Merewah dan Daeng Manompok.

Setelah diadakan musyawarah dan menghasilkan beberapa kesepakatan, maka Raja Kecik, Orang Besarnya, Hulubalang dan beserata para pengikut setianyaberanjak ke daratan Sumatera.

Dalam perjalanannya sempat berhenti di Sungai Jantan (nama Sungai Siak pada waktu itu) karena menurut Raja Kecik tempat ini sangat cocok dan strategis.

Kemudian Raja Kecik menentukan daerah Buantan dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan akan mendirikan istana serta benteng-benteng yang kokoh untuk pertahanan dan sebagai simbol telah ada dan berdiri sebuah kerajaan.

Pada saat itu Raja Kecik dinobatkan sebagai sultan pertama yang bergelar sama halnya gelar Raja Kecik semasa Sultan Johor ke XII yakni Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah dan kerajaan ini diberi nama Kesultanan Siak Sri Indrapura.

Begitulah sejarah Siak pada masa Islam. Dapat dimengerti bahwa Siak dahulunya bekas kerajaan Gasib yang punah, berkat kedatangan Raja Kecik, bekas Ibu Kota kerajaan Gasib itu kemudian ia bentuk lagi menjadi Kesultanan yang kemudian ia beri nama Siak Sri Indrapura.

Para Sultan Siak Sri Indrapura 

Kesultanan Siak Sri Indrapura dari tahun 1723 - 1946 menelurkan  dua belas Sultan. Berikut ini daftar Sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Siak Sri Indrapura;
Baca Juga: Darah Dalam Pendirian Kesultanan Siak Sri Indrapura

1 komentar untuk "Sejarah Siak Sri Indrapura Riau"

  1. Terimakasih atas informasinya. Klo boleh tahu sumbernya? Terimakasih

    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.