Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Asal-Usul Angklung, Alat Musik Suku Sunda

Salah satu alat musik yang berasal dari Suku Sunda adalah Angklung, yaitu alat musik tradisional yang terbuat dari bambu. Menurut Juju Masunah dalam bukunya Angklung di Jawa Barat (hlm 5), bahwa sejarah asal-usul munculnya Angklung berkaitan dengan ritual penghormatan pada Dewi Sri (Dewi Padi). 

Ritual penghormatan Dewi Sri biasanya digelar pada saat penanaman padi, ataupun ketika akan dilaksanakannya Panen Besar. Ritual untuk melakukan penghormatan terhadap Dewi Sri Tresebut selain dilakukan dengan cara memanjatkan mantra-mantara dan doa juga diiringi dengan nyanyian dan tarian yang diiringi dengan musik, salah satu musik yang dimainkan adalah Angklung. 

Sejarah munculnya Angklung juga diyakini sebelum masyarakat Sunda mengenal agama Hindu dan Budha, sebab persembahan terhadap Dewi Sri bukan berasal dari ajaran Hindu maupun Budha. 

Sejalan dengan itu, menurut Hilam Hafiz dalam Pasundan dari masa ke masa (hlm 4), bahwa upacara persembahan dan penghormatan kepada Dewi Sri merupakan bentuk dari kepercayaan masyarakat Sunda kuno, yang masih terjaga hingga saat ini. Karena sebagian besar masyarakat Sunda kuno pada saat itu, menganut sistem kepercayaan Sunda Wiwitan (Agama Sunda). 

Pemain Angklung Sunda 1906

Kepercayaan Sunda Wiwitan  merupakan agama sinkritisme dari agama lokal orang Sunda kuno, Hindu, Budha, Animisme, dan Taoisme, yang bersifat monotheisme, sebab yang disembahnya adalah Sang Hyang atau Hyang Tunggal atau disebut juga Batara Jeda Niskala yang hak dan wujud, dengan tujuan penganutnya “Manggihkon Hiyang tanpa balik dewa” artinya bertemu dengan hiyang bukan dengan dewa. Meski demikian, kepercayaan Sunda wiwitan ini tidak mengenal cara – cara pemujaan terhadap makam atau candi, seperti dalam kebudayaan Hindu.

Kini, angklung tidak hanya sebatas digunakan dalam upacara atau ritual adat saja. Akan tetapi, angklung pada masa ini telah berkembang dan bertransformasi mengikuti jaman sehingga dapat dimainkan diberbagai acara misalnya teater, orkestra, pertunjukan seni, acara pesta khitanan, perkawinan,dan arak – arakan, tergantung dari jenis angklungnya.

Secara bentuk dan cara kerjanya, Angklung dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. 

Menurut Jhonatan Riggh (1862) dalam Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan, menyebutkan angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu yang dipotong ujung-ujungnya menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi.

Sementara itu, jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu ater (awi temen), yang jika mengering berwarna kuning keputihan. Tiap nada dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah tiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

Baca Juga: Jenis-Jenis Angklung, Alat Musik Suku Sunda

Posting Komentar untuk "Sejarah Asal-Usul Angklung, Alat Musik Suku Sunda"