Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal-Usul Adzan Pitu Cirebon, Antara Legenda dan Fakta

Asal-Usul Adzan Pitu Cirebon-Adzan secara bahasa bermaksud menginformasikan semata-mata atau pemberitahuan (Abdurahman & Bakhir, 2006). Sementara menurut Istilah dimaknai sebagai menginformasikan (memberitahukan) tentang masuknya waktu-waktu shalat fardhu dengan lafal-lafal tertentu (Mughniyah, 2008).

Ditinjau dari Sejarah kemunculannya, bahwa Adzan muncul dari beberapa usulan Sahabat Nabi yang menghendaki adanya panggilan untuk Shalat, mengingat pada awal turunnya perintah Shalat sampai pada beberapa waktu tidak ada panggilan yang khas untuk mengingatkan kaum muslimin atas dimulainya waktu shalat. 

Para sahabat Nabi memiliki usulan yang bermacam-macam, Ada yang mengusulkan agar menggunakan lonceng dan ada yang menyarankan menggunakan terompet, selain itu ada juga merekomendasikan untuk menyalakan api di tempat tinggi sehingga umat Islam yang rumahnya jauh dari masjid bisa melihatnya, namun semua usul tersebut ditolak oleh Nabi.

Menurut Ibnu Hisyam (2018) sebagaimana tercatat dalam bukunya Sirah Nabawiyah, bahwa ; 

Suatu waktu, ketika dalam kondisi kebuntuan mengenai hal apa yang cocok untuk panggilan Shalat, seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid menghadap Nabi Muhammad. Ia menceritakan bahwa dirinya baru saja bermimpi melihat seruan Adzan pada malam sebelumnya. Dalam mimpi tersebut, Abdullah bin Zaid didatangi seorang berjubah hijau yang sedang membawa lonceng. 

Semula Abdullah bin Zaid berniat membeli lonceng yang dibawa orang berjubah hijau tersebut untuk memanggil orang-orang kepada shalat. Namun orang tersebut menyarankan kepada Abdullah bin Zaid untuk mengucapkan serangkaian kalimat, sebagai penanda waktu shalat telah datang. 

Serangkaian kalimat adzan yang dimaksud adalah: Allahu Akbar Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Hayya 'alash sholah hayya 'alash sholah, Hayya 'alal falah hayya 'alal falah, Allahu Akbar Allahu Akbar, dan La ilaha illallah. 

Nabi Muhammad kemudian meminta Abdullah untuk mengajari Bilal bin Rabah bagaimana cara melafalkan kalimat-kalimat tersebut. Pada saat Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, Umar bin Khattab yang tengah berada di rumahnya mendengar. Ia segera menghadap Nabi Muhammad dan menceritakan bahwa dirinya juga bermimpi tentang hal yang sama dengan Abdullah bin Zaid. Yakni adzan sebagai tanda masuknya waktu shalat. Sejak saat itu, Panggilan Shalat (Adzan) usulan dari Sahabat Abdullah bin Zaid menjadi Panggilan shalat yang digunakan hingga hari ini. 

Adzan 7 Cirebon

Adzan Pitu, merujuk pada panggilan Adzan yang dikumandangkan oleh 7 orang Muadzin sekaligus dalam waktu bersamaan yang biasa dilakukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Masjid Kesultanan Cirebon) ketika memasuki waktu Shalat Jumat. 

Menurut legenda yang sering dituturkan oleh para Sepuh di Cirebon, bahwa Adzan 7 dititahkan langsung oleh Sunan Gunung Jati, tujuannya adalah untuk menjauhkan umat Islam yang pada masa itu selalu diganggu oleh Aji Menjangan Wulung seorang Praktisi ilmu hitam yang mengirimkan santet/teluhnya di atas Memolo Masjid Sang Cipta Rasa, melalui teluh tersebut Muadzin yang biasa mengumandangkan Adzan akan terkena sakit dan bahkan kemudian binasa sehingga tidak lagi dapat mengumandangkan Adzan untuk memanggil kaum Muslimin Cirebon untuk shalat. Mendapati hal itu, Sunan Gunung Jati membuat strategi untuk mengalahkan Aji Menjangan Wulung dengan cara menyuruh tujuh muadzin untuk adzan secara bersamaan. Setelah peristiwa itu Aji Menjangan Wulung dapat dikalahkan. 

Adzan 7 Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

Kisah mengenai asal-usul Adzan Pitu yang demikian itu kemudian dipercayai kebenarannya oleh sebagian masyarakat Cirebon, bahkan dalam peristiwa tertentu terkadang Adzan 7 digunakan untuk mengusir wabah penyakit tertentu, seperti pada beberapa tahun yang lalu, adzan Pitu digunakan untuk menghalau wabah Covid 19. 

Pertanyaanya, betulkan asal-usul munculnya Adzan 7 itu karena peristiwa Menjangan Wulung ? tentu saja jawabannya ada yang menganggapnya betul ada pula yang menggap tidak betul, meskipun yang menggap tidak betul tersebut pada nyatanya tidak memberikan jawaban yang memadai guna melawan argumen orang yang membetulkannya, mengingat belum adanya penemuan bukti-bukti baru yang membantah keabsahan cerita legenda Aji Menjangan Wulung sebagai asal-usul ditetapkannya adzan pitu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa. 

Adzan Berjamaah di Masjid Umayah Damaskus

Seiring keterbukaan informasi dengan munculnya internet, pada akhirnya kita bisa melihat, bahwa amalan yang serupa seperti Adzan 7 yang diamalkan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ternyata mempunyai kemiripan yang identik dengan Adzan Jumat yang biasa dikumandangkan di Masjid Umayyah Damaskus. 

Perlu dipahami bahwa Masjid Umayah adalah Masjid Tua yang didirikan pada Tahun 706 Masehi oleh Kekhalifahan Islam Dinasti Umayah. Masjid ini pernah menjadi Masjid Agung kekhalifahan Islam selama berabad-abad dan tentu saja menjadi Pusat Keagamaan Islam di zamannya. 

Menurut Arsitek Kenamaan Suriah Talal Aqili dalam bukunya yang berjudul "الجامع الأموي في دمشق" disebutkan bahwa “ Penerapan adzan berjamaah (Dikumandangkan oleh 7 orang atau bahkan lebih) dimulai pada akhir abad kelima belas, ketika jamaah haji dari seluruh wilayah berkumpul di Damaskus sebelum berangkat ke Mekah”. 

Adzan Jamaah Masjid Agung Umayah Damskus

Jadi Adzan berjamaah yang dilakukan di Masjid Agung Umayah Damaskus pada mulanya adalah upaya memperkuat suara adzan agar lebih nyaring, dan dapat terdengar oleh masyarakat pendatang dari berbagai negeri banyak tinggal jauh dari Masjid, maklum waktu itu banyak calon Jamaah Haji yang tinggal agak jauh dari Masjid. Seterusnya Tradisi Adzan berjamaah di Masjid Umayah itu dijalankan secara turun temurun khusus diperuntukan untuk Shalat Jumat. 

Kesamaan Adzan 7 Cirebon dan Adzan Berjamaah di Masjid Umayah Damaskus

Dari hasil pengamatan, bahwa ada beberapa kesamaan antara Adzan 7 Cirebon dan Adzan Berjamaah di Masjid Agung Damaskus, yaitu : 

  1. Adzan Dikumandangkan oleh Muadzin yang berjumlah 7 Orang (Di Cirebon hanya 7 Orang, di Damaskus Muadzin inti 7 Orang ditambah 2 Muadzin Backing) 
  2. 7 Orang Muadzin menggunakan pakaian yang sama
  3. Adzan Dikumandangkan secara serempak, meskipun dalam Adzan Damaskus terdapat muadzin backing yang mengekor atau menimpali suara Muadzin inti. 
  4. Adzan dikumandangkan untuk menyambut waktu Sholat Jumat
  5. Muadzin dari generasi ke generasi merupakan keturunan dari Muadzin yang bertugas sebelumnya. 

Dari lima persamaan yang telah diuraikan, Hipotesisnya adalah “Adzan 7 Cirebon merupakan Adzan yang asal-usul penerapannya mengacu pada Adzan Berjamaah yang telah diterapkan di Masjid Agung Umayah Damaskus”. Tujuannya adalah lebih untuk sekedar memperkuat panggilan suara adzan agar lebih terdengar nyaring. 

Oleh  : Bung Fei

Posting Komentar untuk "Asal-Usul Adzan Pitu Cirebon, Antara Legenda dan Fakta"