Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wabah Tifus di Cirebon Masa Hindia Belanda

Surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie yang terbit pada 10 Februari 1913 memberitakan tentang keresahan masyarakat di beberapa daerah di Keresidenan Cirebon. Rupanya masyarakat diresahkan oleh dugaannya sendiri terhadap beberapa pabrik es yang ada di Mandirancan, Linggarjati, dan Kota Cirebon. 

Mereka menduga ketiga pabrik es itu menjadi pangkal utama penyebab penyakit tifus yang telah banyak menelan korban di daerah itu. Keresahan ini pun dipicu oleh berita yang menyebar di antara mereka tentang kematian warga Tegal dan Sukabumi yang menderita penyakit tifus setelah mengonsumsi es dari pabrik es yang dikelola oleh orang Cina di kedua daerah tersebut. 

Selain itu, keresahan masyarakat dipicu oleh pihak pemerintah Kota Cirebon yang tidak cepat mengambil tindakan pencegahan atas penyakit tifus yang telah terjadi sejak dua tahun sebelumnya, yaitu sejak tahun 1911. 

Berita lain dalam edisi yang sama dan suratkabar Bataviaasch Nieuwsblad, 1 Februari 1921 menyebutkan bahwa wabah tifus di Kota Cirebon terjadi di tahun 1911. Bahkan di tahun 1913, wabah tifus terjadi di sepanjang tahun itu. Di Kota Cirebon, wabah tifus melanda para pekerja perkebunan dan kuli-kuli lainnya yang tinggal di pinggiran kota. Penduduk Eropa, Cina, maupun pribumi banyak yang meninggal dunia akibat serangan wabah tersebut. 

Cirebon Tempoe Dulu

Peristiwa inilah yang membuat masyarakat di sekitar pabrik es di Kabupaten Kuningan merasa tidak nyaman karena kekhawatirannya terhadap es yang diproduksi ketiga pabrik itu menjadi pemicu penyakit tifus menyebar luas. Padahal dari berita kedua surat kabar itu, penyebaran penyakit tifus di Kota Cirebon tidak terjadi di daerah yang berdekatan dengan pabrik es, melainkan terutama di kalangan pemukiman para pekerja karena rumah-rumah mereka berdekatan dan lingkungannya tidak memenuhi standar kesehatan, yaitu kumuh, kurang cahaya matahari, tidak ada tempat pembuangan kotoran, dan sumur berdekatan dengan got.

Karena keresahan itu berasal dari masyarakat Kuningan, maka pada bulan Juni 1913, pemerintah kolonial tidak melakukan penyelidikan atas wabah tifus ini untuk wilayah Kota Cirebon melainkan mulai melakukannya di seluruh wilayah Kabupaten Kuningan dan sekitar pabrik pembuatan es. 

Pemerintah Kota Cirebon bersama Dienst der Volkgezondheid (DVG) atau Dinas Kesehatan Tingkat Kota melakukan penyelidikan proses pembuatan es di beberapa pabrik es dengan dugaan sementara adanya penggunaan air mentah atau tidak bersih dan bahan pengawet untuk membuat es, seperti yang terjadi di Sukabumi dan Tegal. Dokter Grijns, direktur laboratorium kedokteran di Batavia, memimpin langsung penyelidikan itu.

Namun, penyelidikan itu ditentang oleh para pemilik pabrik yang merasa tidak melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan masyarakat dan yang diduga pemerintah. Sekalipun demikian, penyelidikan tetap dilakukan untuk menemukan kebenaran dari dugaan itu. 

Tiga bulan kemudian, yakni pada bulan Agustus 1913, pemerintah mengumumkan hasil penyelidikan itu, bahwa tidak ditemukan unsur kesalahan dalam pembuatan es di ketiga pabrik tersebut, dan tidak ditemukan zat pengawet pada es. Namun akibat peristiwa ini, pabrik es mengalami kerugian besar selama dua tahun, ditambah lagi pemerintah menutup usaha dagang es sebagai upaya preventif atas wabah tifus seperti yang dilakukan oleh pemerintah Sukabumi dan Tegal. 

Di luar dugaan pemerintah, hasil penelitian Dokter Grijn telah membuat malu pemerintah Kota Cirebon. Dokter Grijns menyatakan, bahwa peristiwa wabah tifus di Cirebon tidak bisa disamakan penyebab kasusnya dengan peristiwa yang terjadi di Sukabumi dan Tegal. 

Menurutnya, penyebab wabah tifus di Cirebon lebih karena faktor higienitas atau kebersihan lingkungan, terutama lingkungan kota akibat pembangunan infrastruktur. Adapun persebaran melalui es bukan dari bahan produksinya melainkan karena perpindahan dari tangan manusia. 

Penulis : Imas Emalia (Jurnal Sejarah. Vol. 3(1), 2020: 111 – 115)

Posting Komentar untuk "Wabah Tifus di Cirebon Masa Hindia Belanda"