Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Natal Isa Al-Masih Dalam Prespektif Islam

Sejarah Natal atau Kelahiran Isa Al-Masih dalam prespektif Islam dikabarkan dalam al-Quran, Hadist dan penjelasan beberapa ilmuan Islam. Dalam al-Quran sendiri detik-detik bagaimana Isa Al-Masih dilahirkan dikisahkan dalam surat Maryam ayat 16 sampai dengan surat Maryam ayat 40.

Sejarah Natal Isa Al-Masih tidak terlepas dari peran dan ketokohan Ibunya Maryam, oleh karena itu berbicara mengenai Natal Isla Al-Masih tidak mungkin tanpa membahas Maryam.

Kisah natalnya Isa Al-Masih dalam prespektif Islam ini bisa dikisahan dalam tiga babak, yaitu bagaimana peristiwa dan kondisi Maryam Sembilan bulan sebelum mengandung dan Sembilan bulan setelah mengandung serta bagaimana dan dimana Isa Al-Masih dilahirkan, dan yang terakhir mengenai bagaimana dan seperti apa kondisi Maryam setelah melahirkan Isa Al-Masih.

Sembilan Bulan Sebelum Maryam Mengandung

Sebelum kelahiran Isa Al-Masih ke dunia, atau Sembilan bulan sebelum Maryam mengandung terjadi peristiwa aneh, sebab ketika Maryam menyendiri, tiba- tiba datang malaikat Jibril yang menyerupai manusia dan menjumpainya.'

Kisah ini di ceritakan di dalam surat Maryam ayat 16 sampai dengan ayat 17:

Artinya; “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam al-Quran, yaitu ketika ia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur Baitul Maqdis. Lalu dia memasang tabir yang melindunginya dari mereka, lalu kami mengutus roh kami Jibril kepadanya, maka dia menampakkan diri dihadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna”

Dalam sejarahnya diantara keutamaan Maryam adalah Ia tumbuh dikalangan Bani Israil dengan terhormat, salah seorang ahli ibadah, yang sangat tekun beribadah dan beliau seorang gadis yang tidak bersuami, dan berada dalam asuhan nabi yang telah tua, yaitu nabi Zakariya yang menjadi imam dan pemelihara Baitul Maqdis. Hal ini diungkapkan Ibnu Katsir di dalam tafisrnya.

Ayat ini menjelaskan ketika Maryam menjauhkan diri dari keluarganya untuk lebih berkosentrasi dalam beribadah kepada Allah SWT, ada juga yang mengatakan bahwa beliau menjauh dari keramaian disebabkan ketika itu ia sedang haid.

Begitu juga yang diungkapkan Wahbah Zuhaily dalam tafsir al Munir. Ia mengatakan bahwa Maryam menjauhkan diri dari keluarga dan seluruh manusia karena ia pada waktu sedang haid dan kembali ke Baitul Maqdis ketika telah suci kembali.

Quraish Shihab mengatakan bahwa tempat sebelah timur itu sengaja dipilih sebagai isyarat cahaya illahi, karna timur merupakan tempat terbitnya matahari, kemudian Ibnu Abbas menambahkan bahwa tempat sebelah timur ini merupakan qiblat orang Nashrani karna mereka menjadikan sebagai qiblat mereka ketika mereka sholat.

Kemudian Allah mengutus malaikat Jibri kepadanya, dalam rupa laki-laki yang sempurna, Kata روحنا Ruh kami bermakna Malaikat yaitu malaikat Jibril yang di utus oleh Allah dalam bentuk manusia sempurna. Dalam penafsiran ini ulama tidak ada yang berbeda pendapat bahwa yang dimaksud ruh disini adalah malaikat jibril. Sebagaimana juga Jibril diutus untuk menyampaikan wahyu kepada nabi Muhammad saw.

Penjelmaan Jibril ini bertujuan agar ia dapat berbicara dengan Maryam secara tenang, agar ia dapat menerima perkataan tersebut kepadanya. Karena jika seandainya Jibril menampakkan diri kepadanya dalam rupa yang sebenarnya, pasti ia akan ketakutan, sehingga tidak dapat berbicara dengannya.
Kemudian timbul rasa takut di hati gadis suci itu, kemudian ia berkata kepada laki-laki tersebut, yaitu yang terdapat dalam surat Maryam ayat 18:

Artinya: “Dia Maryam berkata,” sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertaqwa”.

Ketika Jibril menampakkan diri kepada Maryam, sedangkan ia pada waktu itu berada ditempat yang terpencil, maka timbul rasa takut dan menyangka bahwa Jibril ingin melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadapnya, kemudian ia mengatakan ” sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertaqwa”.

Melihat Maryam yang ketakutan tersebut, malaikat Jibril menenangkan hati gadis itu dengan mengatakan bahwa ia bukanlah laki-laki yang akan menodainya, melainkan utusan yang diperintahkan Allah untuk dianugerahkan kepadanya seorang anak laki-laki yang suci, hal ini tergambar dalam surat Maryam ayat 19:

Artinya; "Dia (Jibril) berkata “ sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Jibril menjawab ketakutan Maryam dengan jawaban yang bisa menentramkan dan meredakan ketakutannya. Quraish Shihab mengatakan ucapan Jibril tersebut memberi ketenangan kepada Maryam bahwa ia adalah utusan Allah, bukan hanya ucapan tersebut, tetapi juga ia akan diberikan seorang anak-laki-laki yang suci lagi sempurna, kesucian dan kesempurnaan tersebut mengisyaratkan bahwa cara perolehannya pun pasti dengan cara yang suci pula.

Menurut al-Maraghi penyandaran pemberian kepada diri Jibril, karena pemberian tersebut datang melalui tangannya, yaitu ia yang meniupkan ruh ke dalam rahimnya dengan perintah Allah SWT. Ayat ini diperkuat di dalam surat Ali-Imran ayat 45:

Artinya: “(ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Almasih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa anak yang dikandung oleh Maryam itu akan dinamai dengan al-Masih Isa, Isa dinisbahkan kepada ibunya Maryam, karena ia lahir tanpa bapak. Maryam merasa heran atas apa yang diberitakan Jibril kepadanya, yaitu dia akan melahirkan seorang anak yang suci sedangkan ia tidak menikah dan tidak juga berhubungan seks dengan laki-laki mana pun, kemudian ia mengatakan:

Artinya: Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan"

Setelah itu Maryam mempertanyakan nasibnya yang aneh itu kepada Jibril, ia mengatakan bahwa tidak pernah seorang laki-laki pun yang menyentuhnya, yaitu melakukan hubungan seks dengan cara yang halal, dan ia juga bukan seorang perempuan pezina, maka bagaimana mungkin ia mengandung dengan tanpa suami?

Kemudian Jibril mengatakan “Memang demikianlah!” yang telah di putuskan oleh Allah kepada Maryam, walaupun ia tidak pernah disentuh oleh lakilaki, masih perawan dan bukan karena pula ia seorang perempuan lacur, tetapi yang demikian sangat mudah bagi Allah SWT.

Quraish Shihab menambahkan bahwa kejadian ini adalah sebagai anugrah dari Allah SWT dan menciptakan seorang anak tanpa ada hubungan dengan lakilaki agar menjadi suatu tanda yang sangat nyata tentang kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga menjadi bukti bagi manusia, dan menjadi petunjuk bagi mereka bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah , yaitu dengan melahirkan seorang anak tanpa bapak , dan kejadian ini telah Allah putuskan dan pasti akan terjadi, maka Maryam diperintahkan untuk menerima dengan hati yang tentram.

Begitu juga yang diungkapkan al-Maraghi dalam menafsirkan ayat ini, bahwa Allah tidak membutuhkan materi serta alat-alat untuk menciptkan manusia, apa yang Ia kehendaki maka akan sangat mudah terjadi.

Ayat ini diperkuat dengan firman Allah SWT di dalam surat Ali-Imran ayat 47:

Artinya: “Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, Padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia”.

Setelah beberapa kejadian aneh yang dialami oleh Maryam, kemudian ia menerima ketetapan Allah SWT tersebut dengan ikhlas, maka Jibril meniupkan ruh ke tubuh Maryam, dalam hal ini ulama berbeda pendapat dimanakah Jibril meniup. Quraish Shihab mengatakan bahwa Jibril meniup di tubuh Maryam.

Sedangkan al-Maraghi mengatakan bahwa Jibril meniup kantong baju besinya ( bagian depan baju yang terbuka) lalu tiupan itu masuk ke dalam rahimnya, maka Maryam pun hamil. Lain lagi yang diungkapkan Ibnu Katsir, Jibril meniup ruh di lengan bajunya, yang kemudian ruh itu turun hingga mengalir ke farji. Sehingga ia mengandung atas izin Allah SWT.

Cerita ini terdapat di dalam surat Maryam ayat 22:

Artinya: “Maka Maryam mengandung, lalu ia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh”.

Kemudian Maryam mengasingkan diri ke tempat yang jauh membawa kandungannya itu, agar manusia tidak mengetahui dengan keadaannya tersebut. Karena ia malu melihat keadaannya yang hamil tanpa didampingi oleh seorang suami. Karena ia adalah keturunan dari nabi-nabi, dan merasa akan mendapat tuduhan dari kaumnya, maka ia pun menjauhkan diri dari manusia.

Sembilan Bulan Setelah Maryam Mengandung

Setelah dikisahkan bagaimana Maryam mengandung tanpa seorang bapak sebagaimamana yang telah dipaparkan di atas, maka untuk kemudian tibalah masa-masa Sembilan bulan Maryam mengurusi kandungannya.

Selepas peniupun roh janin di rahimnya, maka semakin hari semakin besar kandungannya, sehingga telah tiba waktu Maryam melahirkan seorang anak, rasa sakit yang ia rasakan memaksa ia untuk bersandar ke pangkal pohon korma.

Hal ini tergambar di dalam surat Maryam ayat 23:

Artinya;"Kemudian rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Wahai, betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan, lagi dilupakan".

Melihat kondisinya yang demikian, Maryam berkata “Wahai, betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhantikan, lagi dilupakan".

Ayat ini menggambarkan bahwa Maryam merasa malu kepada orang lain dengan apa yang telah terjadi kepadanya, karena dia khawatir bencana serta kesedihan akan ia terima setelah melahirkan anak tanpa ayah.

Ditambah lagi kesukaran baru, yaitu ia memerlukan air untuk memandikan anaknya, serta memerlukan makanan, Maryam pun merasa semakin sedih. Melihat kondisi tersebut, Allah mengutus malikat Jibril untuk menghibur Maryam, sehingga ia tidak lagi merasa sedih dengan takdir yang Allah berikan.

Jibril berkata yaitu yang diceritakan di dalam al-Qur’an ayat 24:

Artinya: “Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”

Jibril menyampaikan pesan dari Allah SWT agar dia jangan bersedih hati bersusah pikiran, karena Allah telah menyediakan air yaitu sebuah anak sungai yang kecil dan airnya jernih, kemudian dia disuruh untuk menggoyangkan pohon korma agar ia dan anaknya dapat memakan dan melanjutkan hidup mereka.

Dari urian di atas dapatlah dipahami bahwa dalam prespektif Islam, meskipun Maryam hamil dengan keajaiban, akan tetapi ia tetap merasakan penderitaan sebagaimana orang hamil pada umumnya, bahkan dalam kondisinya yang seperti itu, ia melahirkan anaknya itu ketika ia dalam pengasingan, melahirkan di bawah pangkal pohon korma dang proses yang normal dan menyakitkan.

Setelah Kelahiran

Setelah melahirkan seorang anak laki-laki yang dijanjikan dan mempunyai Nama Isa Al-Masih, Maryam dalam kondisi bingung, ia bingung sebab anaknya tanpa bapak. Meskipun demikian Allah teguhkan hatinya untuk tabah menghadapi masalah dengan cara berdiam diri dahulu tanpa menyanggah ataupun menjelaskan kenapa ia melahirkan anak tampa bapak.

Gambaran ini terdapat pada surat Maryam ayat 26;

Artinya; "Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seseorang, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini"

Selepas beberapa waktu lamanya setelah melahirkan akhirnya Maryam kembali ke tempatnya, dikampung halamannya. Ia pulang ke kampung halaman sambil membawa anak tanpa Bapak itu dikisahkan dalam Surat Marya ayat 27:

Artinya: “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang Amat mungkar.Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina"

Maryam kembali pada kaumnya setelah suci dari nipas, ketika ia telah selesai melahirkan, begitu yang diungkapkan Wahbah Zuhaily di dalam tafsirnya.

Perlu dicatat pada masa itu zina, dan mempunyai anak Zina sangat tercela sekali dalam pandangan Bani Israel, menurut Qurais Shihab, adalah suatu perbuatan yang telah pasti keburukannya, yaitu perzinahan yang dituduhkan kepada Maryam, yang merupakan perkara yang sangat besar sehingga sulit manusia untuk menrima hal tersebut. Maka Maryam diperintahkan untuk berpuasa berbicara dengan manusia, karena urusan tersebut telah diserahkan kepada Allah SWT dan menerima seluruh qadha-Nya.

Sementara itu mengenai panggilan untuk Maryam sebagai ‘’saudara Harun’’ ini ada yang mengatakan bahwa Maryam disebut sebagai saudara perempuan Harun untuk memberikan atribut kesalehan kepadanya, karna nama Harun biasa disebut kepada orang yang saleh dari kalangan masyarakat pada waktu itu.

Siapa saja yang mempunyai sifat saleh maka ia dinisbahkan dengan Harun, ada juga yang berpendapat penisbahan gelar itu karna sifat seorang yang bejat karna pada masa itu nama Harun terkenal dsngan sifat yang sangat keji. Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa Harun yang dimaksud adalah saudara Musa, tetapi makna saudara perempuan disini mengandung makna majazi yang maksudnya adalah keturunan Harun.

Imam al-Thabari mengatakan bahwa ia lebih condong kepada pendapat yang mengutip hadits Rasulullah SAW.

Artinya;"Ahmad, Muslim, al-Tirmidzi, al- Nasa’I, al-Thabari, Ibnu Hibban dan yang lainnya meriwatkan melalui al-Mughirah Ibn Syu’bah bahwa dia diutus oleh Nabi SAW . menuju penduduk Najran yang menganut agama Kristen lalu mereka berkata ‘’Kalian membaca (dalam al-Qur’an) ya Ukhta Harun, padahal pada masa Musa (dan Harun) jauh sebelum masa nabi Isa a.s sekian lamanya.’’

Al Mughirah berkata ‘’lalu Rasul SAW bersabda :"Tidakkah engkau menyampaikan kepada mereka bahwa mereka itu dinamai dengan nama para Nabi dan orang-orang yang saleh yang hidup sebelum mereka" .

Yakni orang-orang saleh masyarakat yang hidup pada masa Maryam dinamai dengan nama-nama para Nabi seperti menamai Maryam dengan saudara dari Nabi yang saleh yaitu Nabi Harun, bukan dalam arti bahwa Maryam adalah saudara Nabi Harun.

Kembali ke fokus, selanjutnya Mendengar cercaan serta hinaan dari kaumnya, kemudian Mryam menunjuk kepada bayinya, agar mereka sendiri yang menanyakan hal tersebut kepada anaknya. Mereka pun murka kepada Maryam karena menyangka Maryam mengejek dan mempermainkan mereka.

Hal itu tergambar dalam ayat 29-31 Surat Maryam sebagai berikut:

Artinya: “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".

Ayat ini menjelaskan bahwa Isa yang masih bayi itu membela dan membebaskan ibunya dari tuduhan perzinaan serta kekejian dari kaumnya. Selepas kejiadian ajaib ini barulah kemudian Maryam dipercayai sebagai wanita suci kembali oleh kaum dan kerabatnya dan dapat hidup dilingkunganya dengan normal, begitulah kisahnya. 

Posting Komentar untuk "Sejarah Natal Isa Al-Masih Dalam Prespektif Islam"