Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nyimas Gandasari Bersuamikan Arya Wiralodra

Nyimas Gandasari dalam sejarah Cirebon disebut sebagai salah satu murid Sunan Gunung Jati, selain itu sosok Nyimas Gandasari juga dicitrakan sebagai prawan sunti atau perempuan yang selama hidupnya tidak pernah menikah. Sementara tokoh Arya Wiralodra yang bergelar Indrawijaya dalam sejarah Indramayu disebut sebagai pendiri Indramayu, uniknya menurut manuskrip kulit menjangan bahwa ternyata antara Nyimas Gandasari dengan Arya Wiralodra mempunyai hubungan spesial, sebab keduanya merupakan sepasang suami istri, bukan itu saja bahkan dari perkawinan tersebut Nyimas Gandasari melahirkan 4 orang anak yang kelak menjadi Adipapati Indramayu pengganti Arya Wiralodra.

Manuskrip kulit menjangan adalah salah satu naskah berbahasa Jawa yang ditulis di atas kulit menjangan, sebab itulah disebut manuskrip kulit Menjangan. Manuskrip tersebut adalah salah satu naskah kuno koleksi Pemerintah Kabupaten Indramayu.

Baca Juga: Silsilah Arya Wiralodra Bupati Indramayu

Berikut ini adalah alih aksara dan tarjamah manuskrip kulit menjangan oleh Tarka Hancakrajawa (2016;01) yang didalamnya menginformasikan bahwa Nyimas Gandasari bersuamikan Arya Wiralodra.

Alih Aksara

[1] akala na  wing prabu cakraningrathosmar pingan bojagu yasa kata mas da namasdala rena sayaja maswa enumarasia jadi sujana mang taplane sahaapa angno pajbihi slane sadayapuata hamasa teka ing kene sedya harjaangka pura syarawuh hayuswan wiralodra paparab indrawijaya 
[2]awit mijil locanakuda ngerap pandengan ingjong wukir memeka layarkang lembu pedet nusunibamara angleng ing tawangcandra ning sangkala taunapingana nagara niranuli wiralodra kakiajajuluk sri prabu indrawijaya 
[3]raja galuh gusti niradagujaya apepatihpulaha lan bayantaka surantakipuspataruna tumulipuspaita bahu sukuki tinggil kang dadi lurahsedaya sami praptinulya benjing la gusti nira caos sang rama 
[4]bumi nuju siti wengkarapalwa remek klama toyadipapat catur ing sagaraana pata perang ing sitidewa jiksa geng sungkawieka wahana rumuhunsabda kaki wiralodragen nira mangun nagaranulya kaki wiralodra angandika 
[5]pun kadang ingsun sekabehnegeri ningsun nenenggihdarma ayu kang negarakersane hyang maha widibesuk hakana dasuk tanaallah paring rahmat mautanana sakara-kara harja sayaktiwowoan dadi tulus kang sarwa tinanduran 
[6]pawestri darma kinantah awatiksekar gar luwihsemau warna ….. [tidak terbaca]  endahdarma ayu benjing ikiiyom ayubane jalmilinulutan ing saestupawestri miwah priyasaha satriya pi adugiing samuwat-muwat mijil kang tedahan 
[7]duka awak mami benjang turun pitudumugi para kadang nira padhatrentya tana sepah udrasiwis lami sedhane ikipatang rah tana luput luruhlan sebapa ira wigarsaking kurang temen nekiira mangtata iku den awaspabelaha  la tana 
[8]priyagung kang pogtakata kawula sasarasap awor ping desan pasulayanrowang lawan prajuritkeraten akeh kang matiakeh angin sindung riwutkilat tatit liliwerantetanduran rusak samipra bupati saandaphane pada susah 
[9]susah pari susah beraskebo sapi akeh matibenjang mraja padesan saminanging banjur buh anakarohmatan kang linuhungdarma ayu harja tana sawiji-wijipertelakna yen ana taksaka nyabrang 
[10]kali cimanuk pernahana sumur kajayan dresmilidlupak murub tanpa patrasedaya pan mukti malihsomahan lawan prajuritpongwa kalawan pra agungsamiya tentrem atinyabo menawa harja tumuliiku sakehing negara pada raharja 
[11] ki ageng wiralodramapan sampun kagungan garwidhaup lawan indang darma utawi ratu saketisanes jeneng malihnyi gandasari ratusampun kagungan putrasakawan katah nekiputra putra kalawan putri priya
Manuskrip Kulit Menjangan

Tarjamah

  1. Dikala pemerintahan Prabu Cakraningrat Galuh. Sang prabu telah menganugrahkan. Jasa yang agung, emas dan gelar. Semua  (pembesar/hadirin) merasa senang. Atas keberhasilan Wiralodra menjadi Jalma Linuwih. Yang telah menjadikan jalan keselamatan. Kedatangannya (ke Pedukuhan Ciamanuk) akan membuat raharja. Dan menjadikan sebab rahayu negara. Sang Wiralodra bergelar Indrawijaya.
  2. Permulaan bubuka dan pengesahan negara menurut tahun candra sangkala. Kuda ngerap pandengan ing. Jong wukir memeka layar. Kang lembu pedet nusuni. Bamara angleng ing tawang. Maka perintahlah negaramu. Kemudian Kaki Wiralodra bergelar Sri Prabu Indrawijaya.
  3. Mengabdi kepada Raja Galuh. Dengan Patihnya bernama Dagujaya. Pulaha, Bayantaka, Surantaka,  kemudian Puspataruna,  Puspahita seagai bahu suku (pamong praja). Ki Tinggil yang menjadi lurah. Semenjak itu banyak yang mulai pada berdatangan. Kemudian keesokan harinya Ki Wiralodra. Hendak menghadap mengunjungi sang rama.
  4. Bumi nuju siti wengkara. Palwa remek klama toyadi. Papat catur ing sagara. Ana pata perang ing siti. Dewa jiksa geng sungkawi. Eka wahana rumuhun. Itulah menurut Tahun Candra Sangkala telah bersabda Kaki Wiralodra. Sewaktu Ia membangan Negara. Kemudian Kaki Wiralodra berkata.
  5. Saudara-saudaraku semua. Negeri ini Aku beri nama. Negara Darma Ayu. Sudah menjadi kehendak Hyang Maha Widi. Kelak hakilah (pertahankanlah) tanah ini. Yang merupakan rahmat (Negeri ) dari Allah itu. Tidak akan ada gangguan apapun bahkan akan menjadi subur makmur. Buah-buahan tumbuh subur. Begitu juga dengan beraneka macam tanam-tanaman.
  6. Wanita Darma Ayu sudah bisa menggambar motif kain batik. Batik motif bunga mekar bagus-bagus. Warnanya indah-indah. Kelak Negara Darma Ayu ini. Menjadi tempat orang pada berkumpul berdatangan dan bermukim. Mereka benar-benar merasa suka tinggal di negari ini. Para wanita dan priya, begitu juga para satriya pada berdatangan. Disetiap lahan tumbuh subur tanaman sandang pangan.
  7. Entahlah kelak sampai turunan ke tujuh. Begitu juga dengan keturunan saudara-saudara. Dengan telah tiadanya para sesepuh. Telah lama dari sepeninggalnya itu. Sampai pada generasi ke empat mengalami kemerosotan. Dan kelak telah berkembangnya keturunan dari saudara-saudara. Karena disebabkan dari kekurang ketetekunannya. Maka hendaklah engkau bersiap dan waspada. Maka belalah negerimu ini.
  8. Para Pengagung Negara yang berada di kota. Banyak kawula pada sengsara. Merambah sampai ke pinggiran desa, banyak kekisruhan. Begitu jua dengan para prajurit. Karena saat itu banyaklah yang gugur. Banyak angin ribut/kerusuahan. Kilat tatit berseliweran (kerusuhan datang silih berganti). Sehingga tanaman pada rusak. Para Bopati dan bawahannya kesusahan.
  9. Susah padi susah beras. Kerbau sapi banyak yang mati. Kelak akan menjalar sampai ke pedesaan. Tetapi kemudian akan ada suatu kerohmatan yang luhur linuhung. Dharma Ayu akan Mulih Harja tanana sawiji-wiji. Maka perhatikanlah pertandanya jika ada taksaka/ular nyabrang.
  10. Melewati sungai Cimanuk. Ada sumur kejayan deras mengalir. Lampu menyala tanpa minyak. Pada saat itu semua akan kembali subur. Somahan dengan para prajurit. Ponggawa dengan para pengagung. Menjadi tentram hatinya. Bokmenawa kelak kemakmuran akan kembali. Begitu juga dengan Negara-negara (yang lain) pada raharja.
  11. Ki Ageng Wiralodra telah berpermaesuri. Berjodoh dengan Nyi Endang Darma atau Ratu Saketi. Adapun nama yang lain lagi ialah  Nyi Ratu Gandasari. Maka telah dianugrahi putra. Banyaknya empat orang. Putra-putra dan putri priya.

Penjelasan Nyimas Gandasari yang bersuamikan Arya Wiralodra tergambar jelas dalam manuskrip kulit menjangan bagian/pupuh ke 11, yang mana dalam penjelasan pupuh tersebut disebutkan bahwa Nyi Ratu Gandasari mempunyai nama lain Ratu Saketi atau Nyi Endang Darma.

1 komentar untuk "Nyimas Gandasari Bersuamikan Arya Wiralodra "

  1. harus diteliti lagi itu..,apalagi cuman satu kalimat/belum tentu salah eja/baca
    gandasari kan ratu fatimah adik fatahilah putri sultan aceh yang kelainan genetik /memiliki kelamin ganda

    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.