Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran
Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran hanya ada pada era pemerintahan Sri Baduga saja, mengapa demikian karena sebagaimana dituliskan dalam cerita Parahiyangan bahwa hanya Sri Baduga yang membangun setiap bidang ifranstuktur mulai dari mendirikan tempat beribadah di tengah permukiman, ia juga berhasil membuat karya besar yaitu membuat telaga besar yang bernama maharena Wijaya, ia pun membuat jalan yang mampu menghubungkan ibu kota Pakuan ke Wanagiri.
Selain itu, ia memperteguh Ibu Kota dan memberikan desa pendidikan kepada semua pendeta dan pengikutnya agar memberi semangat kegiatan agama yang menjadi jalan kehidupan rakyat. Di sisi lain ia juga membangun Kaputren, asrama prajurit, berbagai macam formasi tempur, tempat pertunjukan, memperkuat angkatan perang, mengatur upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang.
Menurut informasi yang dapat kami himpun, Kerajaan bagian timur tersebut terletak di daerah Banyumas, sementara Pajajaran barat terletak di daerah Banten, dan daerah yang membentang antara Banyumas hingga ke Banten adalah Pajajaran Tengah, termasuk Jabodetabek. Dan terdapat pendapat lain tentang wilayah pemerintahan kerajaan Pajajaran.
Begitu banyaknya pendapat tentang struktur wilayah Sunda, mengambil cerita dalam naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesian memberikan keterangan yang dapat mengisi kekosongan dalam masalah struktur kerajaan. Dalam naskah ini disebutkan bahwa,
Dari kutipan di atas sudah jelas bahwa pejabat yang paling dekat hubungannya di bawah raja adalah Mangkubumi. Mangkubumi bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan rakyat. Mulai dari nu mangganan kemudian berturut-turut ke bawah kita jumpai pejabat-pejabat yang disebut mantra atau wado.
Dalam analisa di atas mungkin dapat dipahami sebagai struktur pemerintahan kerajaan Sunda pada masanya, sebagai berikut: tingkat pemerintahan pusat, kekuasaan tinggi berada di tangan raja. Dalam pelaksanaan tugas, raja memiliki hak untuk memerintah kepada Mangkubumi.
Mangkubumi sendiri memiliki hak untuk mebawahi pegawai pegawai yang ada dibawahnya seperti nu mangganan dan wado. Di samping itu terdapat putra mahkota yang tugasnya menggantikan kedudukan raja apabila raja meninggal dunia atau mengundurkan diri dari pemerintahan. Sementara jika tidak ada putra mahkota. Posisinya akan digantikan oleh raja daerah yang dipilih secara mufakat.
Dalam mengurus daerah-daerah yang begitu luas, raja memiliki perwakilan yang disebut raja daerah. Namun raja utama hanya menerima laporan saja, Raja-raja daerah lah yang melaksanakan tugas sehari-hari bertindak sebagai raja yang merdeka. Ia memiliki hak untuk membuat aturan daerah sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Sedangkat untuk mengurus masalah perniagaan di keenam bandarnya, raja memiliki perwakilan yang disebut syahbandar memiliki tugas yang sama halnya raja, yakni menguasai dan mengatur Bandar masing-masing.
Menurut Tome Piers, “ibu kota Pakuan merupakan kota besar yang jumlah penduduknya mencapai 50.000 jiwa. Rumah-rumah dikota itu sangat baik, terbuat dari bahan kayu dan atap terbuat dari bahan daun jenis palma. Sementara raja tingga disebuah istana yang memiliki 330 buah tiang kayu yang masing-masing sebesar peti anggur, sedangkan tingginya mencapai 5 fathom (1 dathom= 1,8 meter).
Jika kita analisa sedikit, yang kita pahami sampai saat ini bahwasanya penamaan Pakuan Pajajaran adalah nama kerajaan itu sendiri. Namun di tuliskam dalam carita pantun, carita parahiyangan, dan berita Cina bawa nama Pakuan Pajajaran adalah nama Ibu kota dari Kerajaan Sunda. Dalam hal seperti ini. Terdapat pendapat lain juga bahwa Pakuan Pajajaran di ambil dari nama paku sejenis pohon cycas circnalis sedangkan Pajajaran diartikan sebagai tempat yang berjajar. Sehingga jika disatuka dapat berarti tempat dengan (pohon) paku yang berjajar. Masih banyak lagi pendapat mengenai nama kerajaan tersebut.
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Selain itu, ia memperteguh Ibu Kota dan memberikan desa pendidikan kepada semua pendeta dan pengikutnya agar memberi semangat kegiatan agama yang menjadi jalan kehidupan rakyat. Di sisi lain ia juga membangun Kaputren, asrama prajurit, berbagai macam formasi tempur, tempat pertunjukan, memperkuat angkatan perang, mengatur upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang.
Sekilas Tentang Keadaan Sosial di Kerajaan Pajajaran
Pada era Sri Baduga, masyarakatnya rata-rata berprofesi sesuai keahlianya. Di daerah pedalaman, mereka lebih fokus pada perkebunan, masyarakat di daerah Pelabuhan, berarti dia mengabadikan dirinya dibandar. Wilayah kekuasaanya tergolong strategis. Dari daerah darat yang tanahnya tergolong subur dan daerah laut yang memiliki enam pelabuhan. Dengan faisilitas ekonomi yang mumpuni mengakibatkan setiap masyarakat memiliki profesi sebagai Petani, Nelayan, dan pedagang.Kondisi Politik Kerajaan Pajajaran
Pajajaran sebagai nama kerajaan, ditemukan terutama di dalam naskah-naskah yang lebih bernilai sastra. Namun kisah atau bukti kejayaan Pajajaran lebih banyak dikisahkan dalam Carita Pantun, dalam Carita Pantun menyebutkan tiga buah daerah yang disebut Pajajaran. Yaitu Pajajajran Timur, Pajajaran Tengah dan Pajajaran Barat.Menurut informasi yang dapat kami himpun, Kerajaan bagian timur tersebut terletak di daerah Banyumas, sementara Pajajaran barat terletak di daerah Banten, dan daerah yang membentang antara Banyumas hingga ke Banten adalah Pajajaran Tengah, termasuk Jabodetabek. Dan terdapat pendapat lain tentang wilayah pemerintahan kerajaan Pajajaran.
Begitu banyaknya pendapat tentang struktur wilayah Sunda, mengambil cerita dalam naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesian memberikan keterangan yang dapat mengisi kekosongan dalam masalah struktur kerajaan. Dalam naskah ini disebutkan bahwa,
“….Nihan sinangguh dasa prebekti ngaranya: anak bukti di bapa, ewe bakti di laki, hulu bakti di pacandaan, sisya bakti di guru, wong tani bakti di wado, wado bakti di mantra, mantra bakti di nu mangganan, mangganan bakti di dewata, dewata bakti di hyang…”Artinya: (inilah peringatan yang disebut sepuluh kebaktian; anak bakti kepada bapak, istri bakti kepada suami, rakyat bakti kepada majikan, (pacandaan: tempat bersandar), murid bakti kepada wado, wado bakti kepada mantri(pegawai), mantra bakti kepada nu nangganan, nu nangganan bakti kepada mangkubumi, mangkubumi bakti kepada raja, raja bakti kepada dewata, dewata bakti kepada hyang…).
Dari kutipan di atas sudah jelas bahwa pejabat yang paling dekat hubungannya di bawah raja adalah Mangkubumi. Mangkubumi bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan rakyat. Mulai dari nu mangganan kemudian berturut-turut ke bawah kita jumpai pejabat-pejabat yang disebut mantra atau wado.
Dalam analisa di atas mungkin dapat dipahami sebagai struktur pemerintahan kerajaan Sunda pada masanya, sebagai berikut: tingkat pemerintahan pusat, kekuasaan tinggi berada di tangan raja. Dalam pelaksanaan tugas, raja memiliki hak untuk memerintah kepada Mangkubumi.
Mangkubumi sendiri memiliki hak untuk mebawahi pegawai pegawai yang ada dibawahnya seperti nu mangganan dan wado. Di samping itu terdapat putra mahkota yang tugasnya menggantikan kedudukan raja apabila raja meninggal dunia atau mengundurkan diri dari pemerintahan. Sementara jika tidak ada putra mahkota. Posisinya akan digantikan oleh raja daerah yang dipilih secara mufakat.
Dalam mengurus daerah-daerah yang begitu luas, raja memiliki perwakilan yang disebut raja daerah. Namun raja utama hanya menerima laporan saja, Raja-raja daerah lah yang melaksanakan tugas sehari-hari bertindak sebagai raja yang merdeka. Ia memiliki hak untuk membuat aturan daerah sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Sedangkat untuk mengurus masalah perniagaan di keenam bandarnya, raja memiliki perwakilan yang disebut syahbandar memiliki tugas yang sama halnya raja, yakni menguasai dan mengatur Bandar masing-masing.
Menurut Tome Piers, “ibu kota Pakuan merupakan kota besar yang jumlah penduduknya mencapai 50.000 jiwa. Rumah-rumah dikota itu sangat baik, terbuat dari bahan kayu dan atap terbuat dari bahan daun jenis palma. Sementara raja tingga disebuah istana yang memiliki 330 buah tiang kayu yang masing-masing sebesar peti anggur, sedangkan tingginya mencapai 5 fathom (1 dathom= 1,8 meter).
Jika kita analisa sedikit, yang kita pahami sampai saat ini bahwasanya penamaan Pakuan Pajajaran adalah nama kerajaan itu sendiri. Namun di tuliskam dalam carita pantun, carita parahiyangan, dan berita Cina bawa nama Pakuan Pajajaran adalah nama Ibu kota dari Kerajaan Sunda. Dalam hal seperti ini. Terdapat pendapat lain juga bahwa Pakuan Pajajaran di ambil dari nama paku sejenis pohon cycas circnalis sedangkan Pajajaran diartikan sebagai tempat yang berjajar. Sehingga jika disatuka dapat berarti tempat dengan (pohon) paku yang berjajar. Masih banyak lagi pendapat mengenai nama kerajaan tersebut.
Sekilas Kondisi Perkonomian Masyarakat
Perputaran uang masyarakat tidak jauh seputar pertanian, penghasilan terbesar dan menjadi komoditi utama Kerajaan Pajajaran adalah lada. Selain pertanian, Kerajaan Pajajaran juga dibantu dengan adanya enam pelabuhan yang sangat berarti bagi kerajaan, mengapa demikian, karena berbagai kebutuhan primer, sekunder, tersier terdapat di pelabuhan. Di era Sri Baduga Maharaja pelabuhan adalah jantung ekonomi kerajaan, sehingga ia menjaga kedaulatanya. Salah satu pelabuhan terbesar di era Sri Baduga Maharaja ini adalah Malaka. Saking hebatnya pelabuhan Malaka, semua kerajaan di Nusantara menginginkan pelabuhan tersebut.Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Posting Komentar untuk "Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.