Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kedekatan Belanda-Australia dan Berdirinya Organisasi Papua Merdeka

"Dalam perkembangannya, kedekatan Belanda dengan Australia yang berhasil membangun kerjasama pada beberapa bidang kemudian menjadi cikap-bakal berdirinya OPM (Yuling Malo, 2017: VII)"

Begitulah petikan hasil penelitian Yuling Malo yang dituliskan dalam abstraks Skripsinya yang berjudul Organisasi Papua Merdeka Tahun 1960-1969.

Sebagaimana diketahui bahwa Papua Barat, atau juga disebut Irian Barat baru bergabung kedalam Negara Kesatuan Indoensia pada tahun 1963 setelah Indonesia merebutnya dari tangan Belanda melalui aksi-aksi militer dan perundingan yang alot.

Sebelum akhirnya terlepas dari tangannya, Belanda rupanya membuat serangkian usaha agar dapat menjadikan Papua Barat tetap digenggamanya atau setidak-tidaknya merdeka tapi tetap dalam jangkauan kendalinya. Begitulah yang dilakukan Belanda.

Dalam melancarkan aksinya agar Papua Barat tidak kembali kepangkuan Indonesia, Belanda melakukan pendekatan mencari sekutu dengan berbagai Negara salah satunya Australia.

Antara Belanda dan Australia mempunyai kepentingan yang sama di Pulau Papua, Australia yang kala itu menduduki Papua New Guinea tidak ingin Indonesia mengkaliam New Guinea atau setidak-tidaknya terpapar ide-ide Soekarno untuk lepas dari genggamannya, Pun juga demikian dengan Belanda, waktu itu Belanda punya kepentingan di Papua Barat.

Selepas Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, Belanda mulai fokus pada Papua. Ada tiga kepentingan Belanda di Irian Barat pada tahun itu, yaitu:
  1. Menjadikan Irian Barat sebagai pusat penampungan atau “Tropical Holland” untuk keturunan Eurasia yang tidak dapat kembali ke Holland.
  2. Menjadikan Irian Barat sebagai tempat penampungan para wiraswastawan Belanda yang meninggalkan Indonesia.
  3. Menjadikan Irian Barat sebagai basis untuk kemungkinan intervensi militer Indonesia, apabila republik yang baru berdiri tersebut runtuh.
Selain itu, tercatat ada beberapa kerja sama Belanda-Australia dalam upaya menjauhkan Papua dari Indonesia, yaitu:
  1. Pada tanggal 3-9 Maret 1960, Konferensi Belanda – Australia dilaksanakan di Hollandia (Sekarang Jayapura) yang membahas tentang masa depan Papua, termasuk perencanaan Belanda dalam membangun sistem parwakilan parlementer, serta penggunaan mata uang Belanda di wilayah Papua.
  2. Pada tanggal 19 Oktober 1961 Belanda dibantu Australia membentuk Komite Nasional yang beranggotakan 21 orang. Komite Nasional ini bertugas untuk merencanakan pembentukan sebuah Negara Papua yang merdeka, yang dilengkapi 70 putra Papua Barat yang berpendidikan dan berhasil melahirkan manifesto yang isinya: menentukan nama negara: Papua Barat; menentukan lagu kebangsaan: Hai Tanahku Papua; menentukan bendera: Bintang Kejora; menentukan lambang negara: Burung Mambruk, dengan semboyan One People One Soul dan menentukan bendera Bintang Kejora akan dikibarkan pada tanggal 1 November1961.
Selanjutnya pada awal tahun 1962 Belanda-Australia menanamkan  rasa anti-Indonesia di kalangan masyarakat Irian, dengan  menempuh cara-cara berikut;
  1. Mengalihkan orientasi bahwa orang Papua berbeda dari Indonesia sebab orang Papua ber ras dan bersuku sebagaimana orang Pasifik 
  2. Berusaha mendekatkan Papua Barat dan Nugini yang dikuasai Australia dengan harapan dapat menggabungkan semuanya dalam suatu negara, dan merencanakan suatu negara Papua
Ditinjau dari usahan Belanda sebagaimana di atas, maka semua usaha Belanda-Australia dalam menjauhkan Papua dari Indonesia itu terbilang sebagai bom waktu yang sisi-sisinya tajam, artinya mereka membuat rencana yang berbeda-beda seperti rencana mendirikan negara sendiri, rencana menggabungkannya dengan New Geunie, dan Rencana tetap dikuasai Belanda jika kondisi tetap memungkinkan.

Berkenaan dengan usaha Belanda pada 19 Oktober 1961 yang melahirkan Negara Boneka Papua merdeka itulah yang kelak melahirkan gerakan Sparatis OPM. Gerakan ini yang paling diminati oleh sebagaian kecil orang-orang Papua, sementara gerakan Belanda yang lain seperti menggabungkannya dengan New Geunie kandas ditengah jalan.

Upaya nakal Belanda-Australia dalam menjauhkan Papua dari Indonesia ini pada nyatanya membuat Soekarno berang, meskipun demikian Soekarno mempunyai cara jitu untuk membungkam Belanda dan Australia.

Soekarno membeli banyak senjata ke Unisoviet dan melakukan hubungan erat dengan negara itu. Tindakan Soekarno yang semula sebagai orang Non Blok kemudian tiba-tiba beralih ke Blok Timur mendekati Soviet rupanya menggentarkan Amerika. Paman Sam kahwatir jika Soviet menjadikan Indonesia sebagai sekutunya.

Amerika dengan segala cara kemudian melakukan pendekatan-pendekatan lunak pada Soekarno, pada saat inilah Soekarno mengutarakan keinginanya agar Amerika membantunya mengembalikan Papua dari tangan Belanda.

Pada mulanya Amerika sepertinya tidak begitu peduli. Akan tetapi ketika  Soekarno melancarkan aksi militer ke Papua yang disebut aksi Pembebasan Irian barat itu, Amerika sepertinya kebakaran jenggot, mengingat waktu itu Indonesia dalam sisi persenjataan dipasok penuh oleh Soviet.

Maka mau tidak mau, Amerika yang kala itu dibawah pemerintahan Presiden Kenedy menyetujui Papua dikembalikan dan masuk pada wilayah Indonesia. Perubahan sikap Amerika yang mendukung Papua masuk wilayah Indonesia ini kemudian yang membungkam Australia. Setelah itu sikap Australia berubah, negara itu kemudian menjadi negara yang mendukung Papua Barat masuk dalam wilayah Indonesia.

Setelah ini, Belanda tinggal sendirikn, Belanda kemudian dipaksa kalah dalam perundingan, dan bersedia mengembalikan Papua Barat pada Indonesia di tahun 1963. Tapi sekali lagi Belanda sudah menanamkan bom waktunya di Papua, mereka sudah berhasil mendirikan Negara Boneka Papua yang kapan-kapan siap meledak, siap menuntut kemerdekaan dari Indonesia. Orang-orang yang semacam demikian itulah yang kemudian disebut sebagai orang-orang Organisasi Papua Merdeka.

Baca Juga: Asal-Usul Terbentuknya Organisasi Papua Merdeka

Posting Komentar untuk "Kedekatan Belanda-Australia dan Berdirinya Organisasi Papua Merdeka"