Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Berdirinya Kesultanan dan Kraton Kanoman Cirebon

Sejarah berdirinya Kesultanan Kanoman tidak dapat dipisahkan dari kisah wafatnya Sultan Cirebon ke tiga, Panembahan Ratu II, sementara sejarah berdirinya Keraton Kanoman juga tidak dapat dilepaskan dari kisah pembangunan rumah pertama Pangeran Cakrabuana ketika menetap di padukuhan Tegal Alang-Alang yang dibangun oleh Ki Gedeng Alang-Alang. 

Ketika Cirebon diprintah oleh Panembahan Ratu II/ Panembahan Girilaya (1649-1662), Kesultanan Mataram selaku sekutu Cirebon diprintah oleh Amangkurat I yang dikenal sebagai Raja yang gegabah dalam memerintah. Pada masa ini, Mataram dan Cirebon seperti bukan sebagai sekutu karena setiap kali Amangkurat I mengeluarkan kebijakan yang dikeluarkan umumnya bersebrangan dengan Cirebon, bahkan kalaupun dijalankan oleh Cirebon maka akan dijalankan setengah hati. 

Ketika Mataram berambisi menaklukan Banten dengan menggunakan bendera Cirebon, justru Cirebon menjalankannya dengansetengah hati, sehingga upaya penaklukan Mataram terhadap Banten dalam peristiwa Perang Pagrage gagal ditengah jalan. Selain itu, di zaman itu juga Cirebon banyak menampung para pelarian orang-orang Mataram, dan tidak jarang pula para pelarian tersebut merupakan pemberontak yang oleh Amangkurat I sedang dicari-cari. 

Baca Juga : Para Pembesar Mataram Yang Melarikan Diri Ke Cirebon

Mataram di bawah pemerintahan Amangkutat I memang terjadi banyak pemberontakan, adik, paman bahkan anaknya sendiri memberontak padanya, hal tersebut dikarenakan Amangkurat I memerintah Mataram dengan gegabah dan semau sendiri, sehingga banyak saudara, kerbat, anak bahkan abdinya memberontak padanya. Para pemimpin dan pengikut pemberontak itulah yang diberikan suaka oleh Cirebon. 

Menurut Naskah Mertasinga, bahwa kelakuan orang-orang Cirebon yang melindungi para pelarian Mataram, membuat Sunan Mataram (Amangkurat I) murka pada menantunya (Panembahan Ratu II), sehingga ia berencana menghabisi menantunya sekaligus meruntuhkan Kesultanan Cirebon. 

Atas bantuan seorang Kapten Laut Belanda, Panembahan Ratu dikelabui agar bersedia datang ke Mataram, Panembahan Ratu yang tertipu akhirnya membahawa serta dua anaknya, yaitu Pangeran Mertawijaya dan Kertawijaya mendatangi Mataram untuk menemui mertuanya, benar saja sampai di Mataram Panembahan Ratu II dibunuh, akan tetapi guna menghindari serangan Cirebon dan Banten, Panembahan Ratu II dibunuh dengan cara halus, yaitu dengan cara diguna-guna, sementara kedua anaknya ditahan di Mataram tidak boleh pulang ke Cirebon. Panembahan Ratu II wafat di Mataram dan dimakamkan di Girilaya (Gunung Laya) sehingga beliau nantinya dijuluki Panembahan Girilaya. Yaitu seorang Panembahan (Raja) yang wafat dan dikuburkan di Girilaya. 

Baca Juga : Pembunuhan Sultan Cirebon Ke III

Wafatnya Panembahan Ratu II (1662) serta ditahannya putra Mahkota Cirebon oleh Mataram membuat Cirebon menjadi Kerajaan yang tanpa Raja, meskipun demikian dalam kondisi semacam itu, Cirebon mengangkat Putra Panembahan Ratu II yang lain (Bukan Putra Mahkota) sebagai pengganti Putra mahkota yang ditahan. Kala itu yang dijadikan sebagai pejabat pengganti putra Mahkota adalah Pangeran Wangsakerta. Akan tetapi karena Pangeran Wangsakerta belum dewasa, beliau memerintah dibantu oleh tujuh orang Jaksa yang dikenal dengan istilah Jaksa Pepitu

Keterlibatan Cirebon Dalam Penggulingan Amangkurat I Dari Tahta

Cirebon diprintah tanpa Raja cukup lama, yaitu selama 16 tahun, pada masa itu pula, Cirebon menyimpan dendam pada Amangkurat I, sehingga salah satu cara agar putra Mahkota dapat dipulangkan ke Cirebon adalah menggulingkan Amangkurat I dari tahta. 

Dalam menjalankan misinya, Cirebon bersektu dengan Banten, hal ini dilakukan Cirebon karena memang antara Cirebon dan Banten merupakan dua kerajaan sudara, keduanya masih sama-sama Kerajaan yang dibangun oleh anak cucunya Sunan Gunung Jati. Selain itu, semenjak berdirinya Mataram, Banten memang merupakan musuh Mataram.

Cara yang dimainkan Cirebon dan Banten dalam merongrong kekuasaan Amangkurat I memang terbilang efektif, Cirebon dan Banten hanya mengirimkan senjata dan keuangan yang banyak untuk para pembrontak di Mataram, salah satunya pada Pangeran Trunojoyo yang kala itu memang sedang gencar-gencarnya melakukan pemberontakan. 

Pemberontakan Trunojoyo pada akhirnya dapat menggulingkan Amangkurat I dari tahta, bahkan Raja Mataram itupun akhirnya wafat dalam pelarian selepas Istana kerajaan direbut oleh para pemberontak, selepas itu Kesultanan Mataram yang dizaman Sulatan Agung itu hampir menguasai seluruh pulau Jawa runtuh, sebab nantinya terpecah belah menjadi beberapa kerajaan kecil. 

Selepas lengsernya Amangkurat I, Trunojoyo yang telah mengikat kerjasama dengan Cirebon dan Banten memulangkan dua pangeran dari Cirebon yang sekian lama di tahan di Mataram. 

Berdirinya Kesultanan Kanoman

Kembalinya dua putra Panembahan Ratu II dari Mataram membuka lembaran sejarah baru bagi Kesultanan Cirebon, sebab sekembalinya keduanya, Cirebon rupanya mengeluarkan kebijakan yang cenderung aneh, sebab bukannya merajakan Putra Mahkota menjadi Raja atau Sultan Cirebon selanjutntya, Cirebon malah memecah kerajaan menjadi dua bagian yaitu membentuk Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kasepuhan. 

Putra Mahkota (Pangeran Mertawijaya) dirajakan dengan mewarisi Keraton Cirebon lama, sementara Kerajaannya dinamai Kasepuhan, sementara itu adiknya dirajakan dengan mewarisi setengah wilayah kekuasaan Cirebon dan membentuk Keraton baru, adapun  Kerajaannya dinamakan Kesultanan Kanoman. 


Tidak sampai itu saja, Pangeran Wangsakerta yang selama 16 tahun memerintah Cirebonpun diangkat menjadi Panembahan Cirebon dan mempunyai wilayah kekuasaan sendiri, meskipun ia tidak membangun Keraton melainkan menjadi asisten kakaknya di Kasepuhan. 

Peristiwa pembentukan Kesultanan Kanoman, termasuk didalamnya pembentukan Kasepuan dan Panembahan Kacirebonan terjadi pada tahun 1678 Masehi. Tahun ini pula ditandai sebagai tahun berdirinya Kesultanan Kanoman. 

Pembangunan Keraton Kanoman

Meskipun Pangeran Mertawijaya (Sultan Kanoman I), baru dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1678, bukan berarti bangunan yang dikemudian hari menjadi Keraton Kanoman belum ada. Bangunan itu dahulunya merupakan rumah tinggal pribadi Pangeran Cakrabuana (Pendiri Cirebon) yang dipermewah sebagai bakti anak keturunan dan sanak keluarga keraton pada peninggalan leluhurnya. 

Berdasarkan pada Titimangsa dalam sebuah gambar yang ada di Pintu Jinem Keraton Kanoman, menggambarkan bahwa tahun pendirian Keraton adalah “matahari” berarti 1, “wayang darma kusuma” yang berarti 5, “bumi” berarti 1, dan “binatang kamangmang” yang berarti 0.
Keraton Kanoman 1920an
Candrasangkala tersebut menunjukkan angka tahun 1510 Saka atau 1588 M. Jadi Keraton Kanoman didirikan pada tahun 1510 Saka atau 1588 M. Keraton Kanoman dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 175.500 m².

Ditinjau dari tahun pembuatannya (dimaknai sebagai pemugaran dari yang sebelumnya rumah peninggalan Pangeran Cakrabuana), maka dapatlah dimengerti jika Keraton Kanoman dibuat ketika Cirebon diprintah oleh Panembahan Ratu I (Pangeran Agung), karena Sultan Cirebon kedua itu memerintah dari tahun 1568 hingga 1649. 


Penulis : Bung Fei

Posting Komentar untuk "Sejarah Berdirinya Kesultanan dan Kraton Kanoman Cirebon"